September 27, 2008
Mengapa Bayi Yang Baru Lahir Menangis ?
Sesaat setelah menjalani persalinan normal, Arlin sempat bertanya-tanya dalam hati mengapa para dokter dan tenaga medis yang membantu persalinannya terlihat khawatir kala bayinya tak langsung menangis. Ia sempat menyaksikan, dokter segera menepuk-nepuk kaki si bayi dan berusaha mengeluarkan lendir dari teng-gorokannya. Sesaat kemudian bayinya menangis dengan suara kencang dan wajah mereka pun terlihat lega.
Apa sebenarnya makna di balik tangisan bayi baru lahir? Rupanya, itulah reaksi yang menandakan responsnya terhadap perbedaan dunia dalam dan luar rahim. Salah satunya per-bedaan suhu dalam kandungan (36-36,5 derajat Celsius) dan suhu ruangan yang biasanya lebih rendah. Selain itu, di dalam kandungan tentu lebih gelap daripada dunia luar. Responsnya yang aktif terhadap lingkungan baru menjadi petunjuk bahwa si bayi dalam kondisi yang baik.
Bukan hanya itu. Tangisan bayi saat dilahirkan bisa dijadikan petunjuk bahwa paru-parunya sudah mampu bekerja dengan baik. Mengapa? Karena menangis mengharuskan udara keluar-masuk melalui paru-paru. Organ penting inilah yang bertugas menghirup oksigen agar kebutuhan semua organ tubuh bisa terpenuhi. Sebelum lahir, kebutuhan janin akan oksigen dipenuhi oleh ibu melalui sirkulasi darah dari plasenta. Nah, setelah lahir ia harus mendapatkan sendiri oksigen melalui pernapasannya.
Pernapasan pertama terjadi akibat adanya rangsangan mekanik kala dada bayi tertekan selama melewati jalan lahir. Perbedaan mencolok antara kehangatan dalam rahim dan suhu luar pun memaksa si bayi bernapas. Yang paling utama tentu saja rangsangan kimiawi ketika tubuh bayi merasakan perlunya pasokan udara bagi proses metabolismenya. Selanjutnya, udara akan segera mengisi kantong-kantong udara di paru-paru yang disebut alveolus.
Jika bayi baru lahir tidak langsung menangis, dokter akan segera curiga bahwa sistem pernapasannya tidak bekerja dengan baik. Ini artinya ada yang tidak normal dengan organ paru-parunya. Boleh jadi karena paru-paru si kecil belum terbentuk sempurna, mengalami kelainan, atau terinfeksi cairan ketuban.
DAFTAR KECURIGAAN
Ada beberapa gangguan atau jangkitan penyakit yang ditandai dengan tidak adanya tangisan, di antaranya:
* Paru-paru terisi cairan
Paru-paru yang terisi cairan ketuban tentu saja akan menimbulkan kesulitan bernapas sehingga bayi tidak dapat menangis saat dilahirkan. Sesak napas ini disebut Transient Tachypnea of the Newborn (TTN). Dalam persalinan normal, bila paru-paru bayi terisi cairan semestinya cairan ini akan terperas keluar dengan sendirinya karena di jalan lahir dada bayi mengalami tekanan. Sisa cairan nantinya akan dikeluarkan lewat batuk atau diserap pembuluh darah kapiler paru-paru dalam waktu singkat. Problemnya, bayi-bayi yang dilahirkan secara sesar tidak mengalami kompresi sehingga cairan yang telanjur masuk ke paru-paru tidak dapat keluar.
* Hyaline membrane disease of the newborn
Adalah kondisi pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas. Biasanya karena paru-parunya belum mengalami kematangan sempurna. Ketidakmatangan disebabkan masih minimnya produksi surfaktan, yaitu zat yang mencegah gagalnya kantong-kantong udara (alveolus) untuk tetap mengembang pada saat bayi mengeluarkan napas. Selanjutnya, kantong-kantong tempat pertukaran oksigen dan karbondioksia ini sulit mengembang kembali kala hendak mengambil udara dari luar. Semakin kurang usia kehamilan, semakin tinggi risiko terjadinya gangguan ini. Oleh karenanya, kehamilan harus dijaga hingga janin cukup bulan agar sel-sel dalam alveolusnya dapat menghasilkan surfaktan dalam jumlah cukup.
* Sindrom aspirasi mekonium
Jika bayi mengalami hipoksia atau gangguan suplai oksigen di dalam kandungan, ia akan mengeluarkan mekonium (kotoran) ke dalam air ketuban yang mungkin sebagian masuk ke saluran napas atas janin. Air ketuban yang tercampur mekonium berwarna hijau tua. Akibatnya, selain menyumbat jalur pernapasan, mekonium yang mengandung enzim ini dapat merusak sel epitel di bronkus dan bronkiolus (saluran napas bawah). Itulah mengapa sesaat setelah bayi dilahirkan, dokter anak yang menangani akan langsung mengisap keluar cairan dari dalam saluran napas dan paru-paru bayi, terutama jika terlihat gejala sesak napas dengan dada membusung.
* Pneumonia
Ibu yang mengalami infeksi saat mengandung atau bayi yang lahir prematur umumnya berpeluang terjangkit pneumonia atau radang paru. Jangkitan penyakit ini bisa juga terjadi sebagai komplikasi dari radang selaput janin (korioamnionitis) ataupun penanganan dari tenaga paramedis yang kurang mengutamakan kebersihan.
MASUK NICU
Sebagai pertolongan pertama ketika bayi mengalami asfiksia (keadaan yang disebabkan adanya gangguan pengiriman oksigen ke darah), biasanya dokter akan menepuk-nepuk telapak kaki bayi. Tepukan ini diharapkan bisa memberi rangsang pada bayi untuk bernapas yang ditunjukkannya dengan menangis. Bila upaya ini ternyata gagal, dokter akan melakukan usaha bernapas kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsang jantung. Selanjutnya, dokter akan memberi suplai oksigen. Bila semuanya dapat teratasi dengan baik biasanya gejala klinis asfiksia akan membaik secara bertahap dalam waktu 24 jam pertama kemudian menghilang dalam 72 jam.
Bila terjadi kegawatan, bayi harus ditangani secepat mungkin dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kematian ataupun keca-catan. Itulah mengapa, tim dokter yang menangani persalinan dituntut paham tanda-tanda kesulitan ini. Di antaranya tachypnea (ketidaknormalan berupa pernapasan yang cepat dan dangkal, lebih dari 60 kali per menit), sianosis sentral (pada suhu kamar, lidah tampak berwarna kebiruan), retraksi (adanya tarikan pada sela iga dan dada kala menarik napas), dan grunting (suara gemuruh dalam dada saat mengeluarkan napas sebagai salah satu pertanda pneumonia).
Bayi-bayi dengan gangguan pernapasan atau malah gagal napas akan dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Di situ, bayi dibantu bernapas dengan alat yang disebut ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi prematur yang lahir sebelum usia kandungan 28 minggu. Bila sudah ada perbaikan, misalnya bisa bernapas sendiri, bayi akan dikeluarkan dari NICU dan dipindahkan ke ruang perawatan khusus. Di sini bayi terus dipantau dan dinilai keadaan fisik maupun neurologisnya yang disebut dengan penilaian maturitas. Lewat penilaian ini bisa diketahui ada tidaknya gangguan pada pertumbuhan janin.
PERAWATAN STANDAR BAYI BARU LAHIR
Untuk memastikan bayi sehat atau tidak, inilah yang dilakukan sesaat setelah ia lahir:
* Resusitasi. Dilakukan di meja yang bersuhu hampir sama dengan suhu kandungan, yakni sekitar 36 derajat Celsius. Lalu, lendir dalam rongga hidung dan mulut bayi diisap keluar. Jika bayi lahir dengan kondisi baik, misalnya air ketuban berwarna jernih dan bayi bisa menangis dengan lantang, resusitasi biasanya dilakukan seperlunya saja. Barulah jika air ketuban berwarna keruh kehijauan, pengisapan akan dilakukan lebih aktif agar tidak sampai masuk ke paru-paru dan menimbulkan radang.
* Tes Apgar (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, dan Reflex ). Dilakukan dalam menit pertama kelahiran bayi untuk menentukan perlu tidaknya tindakan resusitasi yang lebih aktif. Tes ini akan diulangi lagi di menit kelima untuk menilai kemungkinan masalah yang akan muncul. Yang dinilai yaitu kondisi frekuensi denyut jantung, pernapasan, warna kulit, refleks, dan tonus otot. Bila interpretasi nilainya antara 7-10, bayi masuk kategori normal. Jika nilainya 4-6, bayi dianggap medium atau sedang. Di bawah 4, bayi mengalami gangguan kategori berat.
* Dibersihkan. Setelah penilaian Apgar, jika keadaannya baik, bayi akan dibersihkan wajahnya, kemudian diletakkan di dada ibu (untuk mengenalkannya pada puting payudara). Selanjutnya, tubuh bayi dibersihkan dengan air hangat.
* Penimbangan. Agar hasilnya akurat, setelah kelahiran bayi harus ditimbang karena mungkin saja dalam waktu setengah jam BB-nya berkurang lantaran ada cairan tubuh bayi yang menguap. Berbeda dari pengukuran PB dan lingkar kepala yang boleh-boleh saja dilakukan setengah jam setelah kelahiran. Kepala bayi biasanya mengecil saat melewati jalan lahir dan akan kembali normal beberapa waktu kemudian. Bahkan pada bayi yang lahir dengan bantuan vakum, pengukuran ini perlu ditunggu setelah 24 jam kemudian sampai kepala bayi normal.
* Pemberian salep mata. Tujuannya menghindari mata bayi dari infeksi kuman-kuman yang terdapat dijalan lahir. Salep mata ini umumnya merupakan antibiotik.
* Pemeriksaan anus. Dokter akan memasukkan ujung termometer yang tumpul ke dalam anus untuk mengecek ada atau tidaknya lubang anus. Ini juga harus segera dilakukan supaya bayi bisa buang air besar dengan baik dan kalau ada gangguan bisa segera diatasi.
* Pemberian vitamin K. Diberikan kepada bayi-bayi prematur yang memiliki risiko tinggi mengalami perdarahan otak. Dilakukan lewat suntikan di paha untuk mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan otak. Pemotongan tali pusat. Dokter atau bidan akan menyisakan sekitar 5 cm tali pusat dari pangkalnya. Namun pada bayi-bayi bermasalah, tali pusat yang disisakan biasanya lebih panjang guna memudahkan pemasangan infus jika suatu saat diperlukan. Ujung tali pusat akan diikat atau dijepit dengan jepitan khusus agar perdarahan berhenti lalu tali dibersihkan dengan cairan antiseptik.
Konsultan ahli:
Dr. Muljono Wirjodiardjo, M.D., PhD,
dari RS Internasional Bintaro, Tangerang, Banten
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar